Putin Marah, Rusia Ancaman Perang Dunia Ketiga (PD 3) Jika Barat Terus Dukung Ukraina

Eskalasi Perang Rusia dan Ukraina – Konflik antara Rusia dan Ukraina semakin memanas setelah Ukraina menyerang wilayah Kursk, Rusia pada 6 Agustus 2024, yang memicu respons balasan besar-besaran dari Rusia. Sejak akhir pekan lalu, Rusia telah melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina, termasuk penembakan lebih dari 100 rudal dan drone ke wilayah Ukraina, yang berlanjut dengan serangan roket intensif pada hari Selasa, 28 Agustus 2024.
Ancaman Perang Dunia Ketiga dari Rusia
Rusia memberikan peringatan tegas terkait kemungkinan terjadinya Perang Dunia Ketiga (PD 3) jika negara-negara Barat terus mendukung Ukraina dengan senjata canggih. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, memperingatkan bahwa jika senjata yang diberikan oleh Barat digunakan untuk menyerang wilayah Rusia, konsekuensinya bisa menyebabkan PD 3 yang meluas, bukan hanya di Eropa, tetapi di seluruh dunia.
“Kami sekali lagi menegaskan bahwa bermain api dengan senjata nuklir adalah hal yang sangat berbahaya. Ini bukan masalah kecil bagi negara-negara dengan senjata nuklir,” ujar Lavrov, yang sudah menjabat sebagai Menlu Rusia selama 20 tahun, seperti dilansir dari Reuters. Lavrov juga menegaskan bahwa, meskipun Amerika Serikat sering berbicara tentang kemungkinan PD 3, peran negara-negara Barat dalam konflik ini bisa memperburuk keadaan dan mempengaruhi Eropa.
Doktrin Nuklir Rusia dan Potensi Eskalasi
Doktrin nuklir Rusia, yang dibuat pada 2020, menjelaskan situasi di mana Rusia akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir. Secara umum, ini adalah respons terhadap serangan menggunakan senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya terhadap Rusia. Namun, dalam situasi yang mengancam eksistensi negara, Rusia juga bisa merespons dengan penggunaan senjata konvensional yang dapat memperburuk ketegangan lebih jauh.
Serangan Ukraina ke Kursk dan Reaksi Barat
Serangan Ukraina terhadap Kursk, yang melibatkan persenjataan Barat, seperti tank Inggris dan sistem roket HIMARS dari AS, menjadi pemicu ketegangan lebih lanjut. Ukraina mengonfirmasi penggunaan rudal HIMARS AS untuk menghancurkan jembatan di Kursk. Namun, Amerika Serikat mengatakan tidak terlibat langsung dalam serangan tersebut, meskipun mereka memberikan dukungan intelijen setelah serangan berlangsung.
Kepala Intelijen Rusia, Sergei Naryshkin, mengklaim bahwa keterlibatan Barat dalam serangan tersebut adalah “fakta yang jelas,” dan menegaskan bahwa Rusia tidak percaya klaim Barat bahwa mereka tidak terlibat.
Jet Tempur F-16 dari Barat Diperkenalkan oleh Ukraina
Pada Selasa, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan bahwa militer Ukraina kini menggunakan jet tempur F-16 yang disuplai oleh negara-negara Barat untuk menanggapi serangan rudal dan drone Rusia. Zelensky menyebutkan bahwa Ukraina telah menerima batch pertama jet tempur F-16, meskipun tidak merinci jumlahnya.
“Kami telah menghancurkan beberapa rudal dan drone Rusia menggunakan F-16,” kata Zelensky dalam konferensi pers di Kyiv. Presiden Ukraina juga menegaskan bahwa Ukraina membutuhkan setidaknya 120 jet tempur F-16 untuk menciptakan “paritas” dengan Rusia dalam kekuatan udara.
Uji Coba Rudal Balistik Buatan Ukraina
Selain itu, Zelensky mengumumkan bahwa Ukraina baru-baru ini berhasil melakukan uji coba rudal balistik buatan dalam negeri. Negara tersebut terus mengembangkan industri senjatanya dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bantuan militer luar negeri. “Uji coba rudal balistik pertama Ukraina berjalan dengan baik, dan saya ingin mengucapkan selamat kepada industri pertahanan kami atas pencapaian ini,” tambahnya.
Tegangan Semakin Meningkat
Dengan ancaman perang dunia ketiga yang semakin nyata, ketegangan antara Rusia dan Ukraina terus meningkat. Meskipun Presiden Zelensky menanggapi ancaman Rusia dengan skeptis, situasi ini terus memperburuk hubungan internasional, terutama antara Rusia dan negara-negara Barat yang mendukung Ukraina. Dunia kini menantikan bagaimana eskalasi ini akan berkembang dan apakah langkah diplomatik dapat menghentikan laju menuju konflik yang lebih besar.