
Amerika Serikat (AS) menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan kekuatan nuklir global, terutama terkait dengan persenjataan nuklir Rusia. Laporan Pentagon terbaru mengungkapkan empat alasan utama mengapa AS merasa terancam oleh Rusia, termasuk kemampuan senjata nuklir Rusia yang sangat maju dan bervariasi. Berikut adalah alasan-alasan tersebut:
1. Persenjataan Nuklir Rusia yang Melimpah
Rusia dan AS memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia. Rusia diperkirakan memiliki sekitar 5.500 hulu ledak nuklir, sementara AS memiliki sekitar 5.000 hulu ledak. Persenjataan nuklir ini berasal dari era Perang Dingin dan meskipun beberapa perjanjian internasional, seperti Perjanjian START Baru, mengatur pembatasan, kekuatan nuklir kedua negara ini tetap menjadi ancaman besar terhadap keamanan global. Perjanjian START Baru yang ditandatangani pada 2011 akan berakhir pada Februari 2026, menambah ketidakpastian terkait masa depan pengendalian senjata nuklir ini.
2. Senjata Nuklir Rusia yang Beragam dan Modern
Rusia tidak hanya memiliki banyak hulu ledak, tetapi juga senjata nuklir yang sangat beragam dan modern. Departemen Pertahanan AS mengirimkan Laporan 491 yang mengungkapkan bahwa Rusia memiliki persenjataan nuklir yang besar dan terus mengembangkan senjata nuklir yang lebih canggih. Laporan ini juga menyebutkan bahwa Rusia adalah “ancaman akut” bagi keamanan strategis AS, dengan teknologi nuklir yang terus berkembang untuk menghadapi ancaman global.
3. Aliansi Rusia dengan China, Korea Utara, dan Iran
Rusia juga membangun aliansi dengan negara-negara seperti China, Korea Utara, dan Iran, yang mempercepat pengembangan senjata nuklir mereka. China dan Korea Utara, khususnya, memperluas dan mendiversifikasi arsenalnya dengan cepat. Laporan Pentagon menyebutkan adanya “kolaborasi dan kolusi” yang berkembang antara Rusia dan negara-negara ini, yang meningkatkan potensi ancaman terhadap AS. Hal ini mengharuskan Washington untuk bersiap menghadapi ancaman nuklir dari beberapa negara sekaligus, mengingat perkembangan kekuatan militer global yang semakin kompleks.
4. Kesediaan AS untuk Berunding dengan Rusia
Meski ketegangan terus meningkat, AS menyatakan kesiapannya untuk terlibat dalam perundingan nuklir dengan Rusia tanpa prasyarat. Namun, Rusia menanggapi ini dengan skeptis, menganggap tawaran tersebut sebagai strategi politik yang berkaitan dengan pemilu. Moskow bersikeras bahwa pembicaraan tentang kontrol senjata harus dilakukan dalam konteks yang lebih luas mengenai keamanan global. Pada 2023, Presiden Vladimir Putin mengusulkan perubahan pada doktrin nuklir Rusia yang akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir sebagai respons terhadap agresi oleh negara non-nuklir yang didukung oleh negara nuklir.
Penangguhan Partisipasi Rusia dalam Perjanjian START Baru
Pada Februari 2023, Rusia mengumumkan penangguhan partisipasinya dalam Perjanjian START Baru, menyebutkan bahwa AS sedang mengembangkan hulu ledak nuklir baru yang dapat mengancam stabilitas strategis Rusia. Selain itu, Rusia menuduh AS berusaha untuk mencapai “kekalahan strategis” terhadap Rusia dalam konflik Ukraina. Dalam konteks ini, ketegangan nuklir semakin meningkat dan mempengaruhi hubungan internasional.
Kesimpulan
Rusia terus menjadi ancaman besar bagi AS, baik melalui persenjataan nuklir yang besar dan canggih maupun melalui aliansi strategis dengan negara-negara seperti China dan Korea Utara. Ketidakpastian terkait perjanjian kontrol senjata, seperti Perjanjian START Baru yang akan berakhir pada 2026, menambah ketegangan global. AS perlu menyiapkan strategi untuk mengatasi potensi ancaman nuklir dan geopolitik yang berkembang ini.